BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 04 Juni 2009

albert

AlbeRt EinSteiN


Siapa yang tidak kenal formula Einstein E = m c2 atau paradoks si kembar yang mendapati saudara kembarnya sudah jauh lebih tua setelah ia melakukan perjalanan dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya? Namun tidak semua orang tahu kalau "keajaiban" tersebut hanyalah bagian kecil dari teori relativitas Einstein, serta bagaimana sebenarnya Einstein mendapatkan teori relativitas tersebut.

Pada tanggal 14 Desember 1922 Albert Einstein menyampaikan kuliah umum di depan mahasiswa Kyoto Imperial University tentang ide-ide yang melatar-belakangi lahirnya teori relativitas khusus dan umum. Kuliah ini merupakan bagian dari lawatan Einstein ke Jepang selama 43 hari di penghujung tahun 1922 bersama istrinya Elsa. Lawatan ini cukup unik, karena inilah satu-satunya lawatan Eistein ke Asia. Selama kunjungan tersebut, Einstein memiliki jadwal yang sangat ketat, ia harus memberikan kuliah untuk para profesional (fisikawan) serta publik umum.

Tahun berikutnya, catatan kuliah ini diterbitkan oleh sebuah majalah bulanan Jepang yang bernama Kaizo. Prof. Masahiro Morikawa dari Ochanomizu University menerjemahkan artikel tersebut ke dalam bahasa Inggris dalam buletin Asosiasi Himpunan Fisikawan Asia Pasifik yang terbit bulan April lalu. Seperti keyakinan Prof. Morikawa, saya pun sependapat bahwa artikel ini selayaknya diketahui masyarakat. Satu hal penting yang dapat kita pelajari dari kuliah ini adalah fakta bahwa sebagai manusia biasa Einstein pernah hampir putus-asa karena sulitnya problem relativitas. Namun kombinasi antara ketekunan, kerja keras, kejeniusan, hubungan baik dengan sesama ilmuwan, serta keberuntungan yang ia miliki, merupakan faktor yang akhirnya menentukan keberhasilan Einstein melahirkan kedua teori relativitas tersebut. Hal ini tentu saja patut menjadi renungan bagi para ilmuwan di republik ini.


Berikut adalah terjemahan pidato Einstein tersebut.

Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menceritakan secara lengkap bagaimana saya mendapatkan teori relativitas. Hal ini disebabkan oleh adanya beragam kompleksitas yang secara tidak langsung memotivasi pemikiran manusia. Saya pun tidak ingin menyampaikan secara rinci perkembangan pemikiran saya berdasarkan makalah-makalah ilmiah saya, namun saya akan secara sederhana menyampaikan pada anda esensi perkembangan pemikiran tersebut.

Pertamakali saya mendapatkan ide untuk membangun teori relativitas sekitar 17 tahun lalu (1905). Saya tidak dapat mengatakan secara eksak darimana ide semacam ini muncul, namun saya yakin ide ini berasal dari masalah optik pada benda-benda yang bergerak. Cahaya merambat dalam lautan ether dan bumi bergerak dalam ether yang sama. Oleh karena itu gerakan ether haruslah dapat diamati dari bumi. Namun saya tidak pernah menemukan satu bukti pengamatan aliran ether tersebut di dalam literatur fisika. Saya sangat terdorong untuk membuktikan aliran ether relatif terhadap bumi, dengan kata lain gerakan bumi di dalam ether. Pada saat itu saya sama sekali tidak meragukan eksistensi ether serta gerakkan ether tersebut. Sebenarnya saya mengharapkan kemungkinan pengamatan pada perbedaan antara kecepatan cahaya yang bergerak searah dengan gerakan bumi dan cahaya yang bergerak berlawanan (dengan bantuan pantulan cermin). Ide saya dapat direalisasi dengan menggunakan sepasang termokopel untuk mengukur perbedaan panas atau energi mereka. Ide ini mirip dengan eksperimen interferensi Albert Michelson, namun saat itu saya tidak begitu familiar dengan eksperimen Michelson. Saya berkenalan dengan hasil-nihil (null-result) eksperimen Michelson saat saya masih mahasiswa dan sejak saat itu saya sangat terobsesi dengan ide saya. Secara intuisi saya merasakan bahwa jika kita menerima hasil-nihil tersebut maka ia akan mengantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa pandangan kita tentang bumi yang bergerak di dalam ether adalah salah. Ini adalah langkah pertama yang menarik saya ke arah teori relativitas khusus. Sejak saat itu saya mulai yakin bahwa jika bumi bergerak mengelilingi matahari maka gerakannya tidak pernah dapat dideteksi dengan eksperimen yang menggunakan cahaya.

Pada tahun 1895 saya membaca makalah Hendrik Lorentz yang mengklaim bahwa ia dapat memecahkan problem elektrodinamika seutuhnya melalui pendekatan pertama, yaitu suatu pendekatan dimana pangkat dua atau lebih dari rasio antara kecepatan benda dan kecepatan cahaya diabaikan. Setelah itu saya mencoba mengembangkan argumen Lorentz pada hasil eksperimen Armand Fizeau dengan mengasumsikan bahwa persamaan gerak elektron, sebagaimana telah dibuktikan Lorentz, berlaku dalam sistem koordinat baik yang mengacu pada benda bergerak maupun pada vakuum. Saya yakin dengan keabsahan elektrodinamika yang disusun oleh Maxwell dan Lorentz dan saya sangat yakin bahwa mereka dengan tepat menjelaskan fenomena alam yang sebenarnya. Lebih-lebih pada fakta bahwa persamaan yang sama berlaku dalam sistem koordinat bergerak serta sistem vakuum, jelas memperlihatkan sifat invarian (tidak berubah) cahaya. Walau demikian, kesimpulan ini bertentangan dengan hukum komposisi kecepatan yang dianut saat itu. Mengapa kedua hukum dasar ini bertentangan satu sama lain? Masalah besar ini membuat saya berfikir keras. Saya harus menghabiskan setahun penuh dengan sia-sia dalam mengeksplorasi kesempatan memodifikasi teori Lorentz. Masalah ini terlihat terlalu berat untuk saya!

Suatu hari, sebuah percakapan dengan teman saya di Bern membantu saya memecahkan masalah besar ini. Saya mengunjunginya pada hari yang cerah dan bertanya padanya: "Saat ini saya sedang dihadapkan pada masalah besar yang saya kira tidak pernah dapat diselesaikan. Sekarang saya ingin membagi masalah ini dengan anda." Saya menghabiskan pelbagai diskusi dengannya. Tiba-tiba saya mendapatkan ide yang sangat penting. Esoknya saya katakan kepadanya : "Terimakasih banyak. Saya telah memecahkan seluruh masalah saya."

Ide utama saya untuk pemecahan masalah ini berkenaan dengan konsep waktu. Waktu tidak boleh didefinisikan a priori sebagai suatu realitas absolut. Waktu haruslah bergantung pada kecepatan sinyal. Masalah besar ini dapat diselesaikan dengan konsep baru tentang waktu.

Hanya dalam lima minggu saya dapat menyelesaikan prinsip relativitas khusus setelah penemuan tersebut. Saya juga tidak memiliki keraguan akan keabsahan prinsip ini dari sisi filosopis. Lagipula prinsip ini sesuai dengan prinsip Mach, paling tidak sebagian jika dibandingkan dengan kesuksesan teori relativitas umum. Inilah cara saya membangun teori relativitas khusus.

Langkah pertama menuju teori relativitas umum muncul dua tahun kemudian (1907) dengan cara yang berbeda.

Saya tidak terlalu puas dengan teori relativitas khusus karena prinsip relativitas hanya terbatas pada gerak relatif dengan kecepatan konstan namun tidak dapat diaplikasikan pada gerak secara umum. Pada tahun 1907 saya diminta oleh Johannes Stark untuk menulis ulasan tentang pelbagai hasil eksperimen dari teori relativitas khusus dalam laporan tahunannya Jahrbuch der Radioaktivitaet und Elektronik. Ketika diminta untuk menulis artikel ini saya sadar bahwa teori relativitas khusus dapat diterapkan pada semua fenomena alam kecuali gravitasi. Saya benar-benar ingin mencari jalan untuk menerapkan teori ini pada kasus gravitasi. Namun saya tidak dapat menyelesaikan hal ini dengan mudah. Satu hal yang membuat saya frustrasi adalah fakta bahwa meski teori relativitas khusus memberikan relasi yang sempurna antara kelembaman dan energi, sementara relasi antara kelembaman dan berat (inersia dan sistem gravitasi) tidak tersentuh sama sekali. Saya curiga bahwa masalah ini berada jauh di luar cakupan teori relativitas khusus.

Suatu hari saya sedang duduk di atas sebuah kursi di Kantor Paten Swiss di Bern. Inilah saatnya sebuah ide cemerlang melintas di benak saya. "Seseorang yang jatuh bebas tidak akan mengetahui berat badannya." Ide sederhana ini memberi saya pemikiran yang mendalam. Emosi liar yang melanda saya saat itu mendorong saya ke arah teori gravitasi. Saya kembali berfikir, "Seseorang yang jatuh bebas memiliki percepatan." Pengamatan yang dilakukan oleh orang ini sebenarnya dilakukan pada sistem yang dipercepat. Saya memutuskan untuk memperluas prinsip relativitas dengan memasukkan percepatan. Saya juga berharap, dengan menggeneralisasi teori ini saya akan sekaligus memecahkan masalah gravitasi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa orang yang jatuh bebas tidak merasakan berat badannya akibat adanya medan gravitasi lain yang menghilangkan medan gravitasi bumi. Dengan kata lain, setiap benda yang dipercepat membutuhkan medan gravitasi baru.

Meski demikian saya tidak dapat memecahkan masalah ini secara utuh. Delapan tahun saya habiskan untuk menurunkan relasi yang nyata. Sebelum itu, saya hanya mendapatkan potongan-potongan dasar teori tersebut.

Ernst Mach juga mengklaim prinsip ekivalensi antar sistem-sistem yang dipercepat. Namun jelas hal ini tidak cocok dengan geometri biasa. Hal ini disebabkan karena jika sistem-sitem semacam ini diizinkan, maka geometri Euclidean tidak berlaku di setiap sistem. Menjelaskan hukum fisika tanpa geometri sama saja dengan menjelaskan suatu pemikiran tanpa kata-kata. Kita harus mempersiapkan kata-kata tersebut sebelum kita dapat menjelaskan pemikiran kita. Jadi, apa yang harus saya letakkan sebagai landasan teori saya?

Masalah ini tetap tak terselesaikan hingga tahun 1912. Pada tahun itu saya menyadari bahwa teori permukaan Karl Friedrich Gauss dapat menjadi dasar yang baik untuk memecahkan misteri di atas. Bagi saya, koordinat permukaan Gauss merupakan peralatan yang sangat penting. Namun saya tidak mengetahui bahwa George Riemann sebelumnya telah mengembangkan dasar-dasar geometri yang sangat mendalam. Saya hanya ingat teori Gauss yang saya dapat dalam kuliah dari seorang dosen matematika bernama Carl Friedrich Geiser ketika saya masih mahasiswa. Jadi saya semakin yakin bahwa sifat-sifat dasar dari geometri haruslah memiliki arti fisis.

Sekembalinya saya ke Zurich dari Praha saya menemui teman dekat saya, seorang ahli matematika, Marcel Grossmann. Ia membantu saya mencarikan referensi-referensi matematika yang agak asing bagi saya ketika saya masih di kantor paten Swiss di Bern. Inilah untuk pertamakali saya belajar darinya hasil karya Curbastro Ricci serta makalah-makalah Riemann. Saya tanyakan kepadanya apakah masalah saya dapat diselesaikan dengan teori Riemann, yaitu apakah invarian dari elemen garis cukup untuk menentukan seluruh koefisien yang saya cari. Selanjutnya, saya berkolaborasi dengannya dalam menulis sebuah makalah pada tahun 1913, meski persamaan gravitasi yang sesungguhnya belum dapat diturunkan saat itu. Penyelidikan lebih lanjut dengan menggunakan teori Riemann, sayangnya, menghasilkan banyak kesimpulan yang bertentangan dengan harapan saya.

Dua tahun berikutnya berlalu saat saya masih memutar otak untuk memecahkan masalah ini. Pada akhirnya saya menemukan satu kesalahan pada perhitungan saya sebelumnya. Saya kembali mencoba menurunkan persamaan gravitasi yang benar berdasarkan teori invarian. Setelah dua minggu bekerja, jawaban akhir muncul di depan saya.

Setelah tahun 1915 saya mulai mengerjakan problem kosmologi. Riset yang saya lakukan menyangkut geometri dan waktu jagad raya. Riset ini didasarkan pada pembahasan syarat batas teori relativitas umum dan argumen kelembaman Mach. Meski saya tidak mengetahui sejauh mana dampak ide Mach pada substansi relativitas umum dari kelembaman, saya yakin bahwa pemikiran besar ini merupakan filosopi dasar saya.

Mula-mula saya mencoba membuat syarat batas persamaan gravitasi menjadi invarian. Belakangan saya bahkan dapat menghilangkan batasan ini dengan asumsi bahwa jagad raya bersifat tertutup. Dengan demikian saya berhasil memecahkan masalah kosmologi. Sebagai hasilnya diperoleh bahwa kelembaman muncul sebagai satu sifat relatif di antara materi dan haruslah lenyap jika tidak ada benda lain yang berinteraksi dengannya. Saya yakin jika sifat penting ini membuat teori relativitas umum memuaskan kita bahkan dalam pandangan epistemologi sekalipun.

Dengan ini saya ingin mengakhiri cerita singkat saya tentang bagaimana saya membangun teori relativitas. Terimakasih banyak.

Senin, 02 Februari 2009

kemajuan pola pikir

Pola pikir masyarakat yang semula hanya mengikuti kaidah lama dianggap tidak jaman.

Majunya peradaban tidak hanya dipengaruhi tekhnologi tapi juga dari sisi perkembangan pola pikir masyarakat yang mendiami suatu daerah tersebut. Mula-mula para pakar selalu menggunakan kaidah lama tapi ini dianggap gak jaman lagi, dengan adanya anggapan itu terjadilah perbedaan ide dari setiap orang dan ini menyebabkan terlahirnya suatu ide baru dari hasil perbedaan tersebut yang menyebabkan terjadi peledakan sifat kreatif, dan ini sangat berpengaruh baik terhadap kemajuan jaman.

Salah satu pemarkasa kaidah ini adalah seoarang ahli fisika asal Eropa yang banyak di kenal dengan teori relativitasnya, dialah Albert Enstein yang dianggap sebagai orang yang memiliki IQ tertinggi di dunia pada 19. Beliau pernah berkata bahwa beliau bukanlah orang cerdas tapi dia orang yang penasaran. Ini dapat di simpulkan bahwa pola pikir masyarakat belum tentu semua yang memiliki ide (gagasan) baik itu bukan hanya dari oarang yang memiliki kecerdasan tinggi. Bahkan banyak para pengusaha sukses itu, rata-rata dari mereka memanfaatkan otak besar mereka dari pada otak kecil mereka dengan kata lain mereka banyak berpikir dengan imajinasi mereka bukan sekedar mengandalkan teori yang lama yang menyebabkan kemajuan jaman yang lambat. Sehingga apabila di bandingkan dengan ilmu pengetahuan, imajinasi lebih baik dari pada ilmu pengetahuan.(Albert Enstein)

Selasa, 20 Januari 2009

Rabu, 14 Januari 2009

cerpen

Kini sudah bulan Maret, bulan ini terasa sangat menyedihakan

Jakarta I’m in Love

Jaka Septian K/X-Axel/12



Ujian akhir sekolah akan usai, ini berarti aku akan berpisah dengan sahabat-sahabatku. Sedih rasanya hatiku bila membayangkannya. Apalagi ada hal lain yang membuat hatiku semakin sedih yaitu aku akan kehilangan seorang yang mempunyai arti penting dalam hidupku dia adalah Dewi. Dia adalah sesosok sahabat atau bahkan lebih, yang selalu mendukung dan memotivasiku dalam segala keadaan, dan apapun yang ku lakukan. Bagiku dia mempunyai nilai lebih dibandingkan taman-teman perempuanku yang lain, karena Tuhan telah mengaruniainya paras yang amat menyejukkan hati bila dipandang. Selain itu ada hal-hal lain yang membuatku semakin mengaguminya yaitu keindahan dalam bertutur kata yang bisa membuat para pendengarnya terlena, keanggunan perilakunya yang membuatku selalu nyaman bila disampingnya, dan yang terakhir adalah kerendahan hatinya, ya walaupun aku tahu dia adalah gadis yang cerdas namun, ia tak pernah sekalipun menyombongkan dirinya. Ah! Betapa sempurna dia di mataku.

***

Sejak hari terakhir UAN, aku selalu berharap waktu berjalan dengan sangat lambat. Karena aku belum siap untuk berpisah dan kehilangan teman-temanku. Terutama Dewi. Namun, selambat apapun waktu berjalan Hari penentuan kelulusan pun akan datang juga.

Dan kini hari yang aku takutkan datang. Aku dan Dewi dengan berbekal hati yang was-was berangkat menuju papan pengumuman, dimana di situlah kita semua akan mengetahui hasil UAN. Dan ternyata kami berdua dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan meskipun nilainya lebih baik dariku, aku sedikit kecewa sih, namun tak apalah toh, kebahagiaannya juga kabahagiaanku. Karena kami adalah sahabat. Bukankah sahabat yang baik adalah sahabat yang mampu merasakan kebahagiaan ataupun kesedihan yang di rasakan sahabatnya. Akhirnya ku ucapkan selamat untuknya.

***

Beberapa hari kemudian aku mendapat informasi bahwa ada seleksi PSB di sekolah yang ku inginkan. Maka ku putuskan untuk segera mendaftarkan diri. Sebelum medaftarkan diri aku menelpon Dewi

”Dewi, sejauh ini kamu belum pernah cerita ke aku, mau melanjutkan kemana. Kalau aku boleh tahu memangnya kamu mau melanjtkan sekolah dimana?” Tanyaku pada Dewi

”Aku belum tahu, mungkin aku minta saran orangtuaku dulu, kemana aku akan melanjutkan sekolah, kalau kamu mau melanjutkan kemana?”

”Kalau aku mungkin di SMAN 13 Jakarta.”

”Oh, kamu mau kesana ya ! Aku hanya bisa berdo’a supaya kamu dapat meraih apa yang kamu cita-citakan."

”Amin! Terimakasih ya, kamu memang sahabat terbaikku. Karena kau selalu mendukung aku apapun yang ku lakukan. "

”Kan itu sudah tugasku sebagai sahabat yang baik, ya kan?.”

”Dewi, sudah dulu ya, aku mau pergi mencari informasi dulu.”

***

Setelah itu aku pergi ke SMAN 13 Jakarta untuk mencari informasi tentang penerimaan siswa baru. Sesampainya di sana terlihat sekumpulan siswa yang akan daftar menjadi siswa di SMA 13 Jakarta. Kebanyakan dari mereka terlihat dari luar kota. Tapi, aku tak boleh gentar seperti yang biasa temanku nasehatkan kepadaku.

Aku segera mengambil formulir pendaftaran. Namun, betapa kagetnya aku ketika mengetahui bahwa tes seleksi PSB dilakasanakan esok hari. Aku bingung setengah mati. Tapi tak apalah akan kuhadapi semua ini demi mengejar cita-citaku..


Usai mendaftar aku pulang. Namun, masih ada satu hal yang mengganjal pikiranku yaitu kemana Dewi akan melanjutkan sekolahnya. setelah sampai di rumah aku segera masuk ke kamar, ku hamparkan tubuhku ke kasur sambil berbaring kulihat foto Dewi yang kupajang di setiap sudut kamarku, Kutatap wajahnya sambil memikirkan, kemana dia akan melanjutkan sekolahnya. Tiba-tiba ada rasa takut yang begitu menghantui perasaanku. Aku sangat takut berpisah dengan sahabat terbaikku. Setelah itu aku tertidur lelap dan berdo’a supaya esok harinya aku bisa segar kembali untuk menghadapi tes.

***


Pagi yang sangat cerah telah hadir, kini aku bersiap-siap untuk pergi ke SMAN 13 Jakarta untuk menghadapi tes PSB. Aku segera pergi ditemani dengan semilirnya angin pagi yang sangat sejuk, ada perasaan gugup yang menyelimuti hatiku. Sesampainya disana, tampak dari kejauhan para calon-calon siswa yang ingin mengikuti tes PSB. Kutarik nafasku dalam-dalam sebagai cara untuk mengurangi rasa gugupku. Lalu dengan ditemani do’a yang terucap dari bibirku aku berjalan memasuki ruangan tes PSB. Aku segera mencari tempat dudukku. Setelah itu, soal tes dibagikan kepada para peserta dan waktu mengerjakan pun dimulai tapi aku merasa ada yang ganjil dari tes tersebut, ternyata sesuatu yang ganjil itu tak lain adalah hari ini tak ada orang yang memberiku semangat ketika akan menghadapi sesuatu. Mengapa Dewi hari ini tak menelpon atau bahkan hanya sekedar mengirin sms untuk memberiku semangat, kataku dalam hati. Namun, perasaan itu langsung ku tepis, karena aku yakin dimana pun Dewi berada saat ini, dia pasti selalu berdo’a untuk kesuksesanku. .


Tak lama kemudian bel tanda berakhirnya waktu mengerjakan ujian pun berdering. Kini aku hanya bisa menunggu dan menunggu hasil dari tesku.

***

Akhirnya hari yang kutunggu datang juga. Karena hari ini adalah hari pegumuman hasil tes PSB. Dengan segera aku berlari ke papan pengumuman aku mencari dan mencari namaku tapi masih belum ketemukan juga. Setelah melihat papan yang satunya terlihatlah namaku yang dinyatakan lulus. Aku merasa sangat bahagia, aku segera pulang untuk ganti baju dan pergi ke rumah Dewi untuk memberitahukan kabar gembira ini kepadanya. Aku yakin dia pasti senang mendengarnya. Sesampainya di depan rumah Dewi, rumahnya terlihat sangat sepi. Para penghuninya kemana ya ? Apa pergi atau bahkan pindah rumah ? Tapi kalau pindah rumah kenapa Dewi tak cerita padaku ? Ah ! Untuk membunuh rasa penasaranku akhirnya aku melangkah menuju rumahnya dan kuketuk pintunya. Tak lama kemudian pembantu Dewi membukakan pintunya

”Bi, Dewi ada di rumah nggak ? Koq kelihatannya sepi?”

”Maaf Den, Non Dewinya gak ada, dia bersama keluarganya pergi ke luar negeri, kayaknya ke London tuh, Den !”

”Lho, kapan Bi? koq Dewi nggak penah cerita ke aku ya?” tanyaku secara spontan.

”Wah, kalau itu bibi kurang tahu. Yang jelas waktu berangkat kemarin tuan besar terburu-buru. Tapi, non Dewi meninggalkan pesan untuk Aden, ini pesannya.”

”Terima kasih Bi, kalau gitu aku pulang dulu ya Bi,”

”Ya Den, hati-hati di jalan ya, Den!”

”Ya Bi!”

***

Setelah menerima sepucuk surat itu, aku langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku segera pergi ke kamar dan langsung membaca pesan dari Dewi.

Buat sahabat terbaikku, Farel

Rel, sebelumnya aku minta maaf karena aku belum memberi tahu bahwa aku akan hijrah ke London bersama orangtuaku karena orang tuaku mendadak mendapat tugas di sebuah perusahaan di sana. Oleh sebab itu, aku akan melanjutkan sekolahku di sana juga, tapi jangan kawatir aku akan berkunjung ke Jakarta koq setelah pekerjaan ayahku usai. Sekali lagi aku minta maaf ya tidak memberitahumu dulu.

Sahabatmu,

Dewi


Setelah membaca surat itu, kini hatiku menjadi sepi. Kini, aku hanya bisa mengenang masa-masa indah saat besamanya. Tapi meskipun aku tak tahu engkau dimana aku akan selalu merindukanmu. Selama aku masih bisa bernafas aku akan selalu menunggumu.

***

Memasuki bulan keenam aku bersekolah di SMA 13 Jakarta, Aku belum bisa beradaptasi dengan lingkungan dan teman-teman di sini. Aku masih saja merasakan kehilangan yang amat mendalam. Aku belum bisa menghilangkan bayang-bayang Dewi, sahabat terbaik atau bahkan lebih dalam hidupku. Sampai detik ini pula, aku belum bisa menemukan orang sepertinya, bahkan aku merasa tak kan ada orang yang bisa menggantikan posisi Dewi di hatiku dan di pikiranku. Namun, aku mencoba untuk tetap bertahan dalam keadaan seperti ini. Ini semua aku lakukan demi mewujudkan cita-citaku. Bukankah aku sendiri yang memilih jalan hidupku hingga seperti ini.

***

Suatu hari ada berita bahwa akan ada program tukar pelajar ke luar negeri tepatnya di London. Tanpa berfikir panjang aku langsung mendaftarkan diri. Sebenarnya tujuanku mengikuti program tersebut hanyalah supaya aku bisa bertemu dengan Dewi. Tapi apa daya, ternyata aku tidak lulus dalam tes tersebut Tak apalah mungkin Tuhan berkehendak lain padaku.

***

Hari demi hari terus berjalan tak terasa sudah tiga tahun aku sekolah di SMAN 13 Jakarta. Setelah lulus aku berencana untuk melanjutkan di perguruan tinggi di Negara Perancis karena orang tuaku mendapat kepercayaan dari atasannya untuk mengelola perusahaan di sana.

Kini tiba waktunya aku menghadapi UAN yang menentukan sekali dalam kelanjutan proses pembelajaranku. Setelah beberapa hari aku melaksanakan UAN, kini aku tinggal menunggu hasil ujianku.

Beberapa minggu aku menunggu hasil UANku, ternyata aku lulus dengan prestasi yang memuaskan. Sesuai dengan permintaan kedua orang tuaku, aku akan melanjutkan ke luar negeri. Dengan perasaan bangga, kini bersama kedua orang tuaku pergi ke Perancis. Aku tak lupa membawa foto Dewi. Oh, betapa ku merindukannya.

***

Akhirnya aku di Perancis tepatnya di kota Paris. Di sana, ayahku hanya ditugaskan sementara. Tapi, aku manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menuntut ilmu. Tapi apa daya karena tugas ayahku telah usai maka, aku bersama orang tuaku kembali ke Indonesia.

***

Setelah beberapa tahun aku tinggal di Perancis, aku jadi sedikit lupa dengan Jakarta. Setibanya di rumah yang dahulu aku tempati. Aku segera mencari perguruan tinggi di Jakarta. Aku ingin mengingat masa laluku ,tapi semuanya tak menarik dan tak ada yang berkesan. Lalu kuputuskan untuk mencari perguruan tinggi di kota. Dengan langkah pasti aku mengendarai motorku. Ku singgahi satu demi satu perguruan tinggi. Namun, aku bingung, karena di Jakarta semuanya sama menariknya. Akhirnya, kuputuskan untuk mencari perguruan tinggi yang paling dekat untuk mengirit BBM, sekarangkan BBM mahal!

Ya, aku mulai semua dari nol. Kuhela nafas panjang ketika hendak memasuki dunia baruku di STAN. Kualunkan langkah penuh keraguan, karena aku takut tak bisa menyesuaikan diri dengan tanah air, karena aku telah lama berdiam diri di negeri mode, Perancis.

Semua menatapku dengan rasa heran mungkin karena aku telah tampak seperti bule. Ku coba untuk biasa dan cuek .Ya, semua terasa lebih ringan. Kutata hatiku untuk masuk ke kelas baruku.

Terdengar gaduh, pikirku ketika di luar ruangan. Kutelan ludahku. Ketika aku berada di ambang pintu, semua mata menatapku kemudian berlalu begitu saja. Mereka tak merasa aneh ataupun terganggu dengan kehadiranku. Namun, ada seorang mahasiswa dari tadi menatapku. Aku sungguh merasa tak nyaman. Perlahan dia mendekat padaku, kutundukkan kepalaku.

“Farel?” tanyanya seperti tak yakin.

Kutatap dia perlahan.

“Ya,” jawabku pelan. Dalam hati aku bertanya-tanya siapa dia. Dan bagaimana dia mengenalku.

“Rel, ini aku, masa’ kamu lupa sih sama aku?” ujarnya kepadaku

“Maaf ya, aku memang orang yang sedikit telmi, sekali lagi sori banget ya aku memang lupa,” jawabku dengan memikirkan sejenak dalam benakku.

Beberapa saat kemudian, gadis itu berlari sambil menangis tak karuhan. Aku melihatnya dari kejauhan, kumencoba memikirkan lagi, siapa gerangan yang menghampiriku tadi. Kucoba menenangkan diri dengan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, kulemparkan tasku ke kursi, juga tubuhku ini ke kasur. Tiba-tiba, tanpa sengaja kutatap foto Dewi, aku teringat gadis yang menemuiku tadi. Besok akan kucoba untuk mencari gadis yang menyapaku tadi.

Keesokan harinya, aku cari-cari dari kelas satu ke kelas yang lain. Namun, hasilnya nihil. Akupun putus asa. Aku sangat menyesali kebodohanku kemarin. Akhirnya aku memutuskan untuk menenangkan diri di taman. Ketika aku sampai di taman yang ada di depan laboratorium, terlihat sosok gadis yang tidak asing lagi bagiku, dengan langkah pasti aku menghampirinya. Sepanjang perjalanan jantungku berdetak kencang. Entah apa yang menyebabkan jantungku berdetak kencang seperti ini. Dengan penuh hati-hati, kudekati dirinya, dan dengan kata yang terbata-bata yang meluncur spontan dari mulutku kupastikan bahwa ia adalah Dewi, sahabat lamaku yang takkan pernah hilang dari memoriku. Ternyata benar, dia adalah Dewi. Betapa senang hatiku ini. Mimpi apa aku semalam, pikirku dalam hati. Tak pernah aku merasakan kebahagiaan melebihi ini. Dan bagiku tak ada satu hal pun yang lebih membahagiakan kecuali bertemu lagi dengan Dewi. Terimakasih Tuhan, telah kau pertemukan kembali aku dengan sahabat terbaik dalam hidupku.

Akhirnya, kini persahabatanku yang dulu sempat hijrah ke London telah kembali ke Jakarta. Kami menjalin persahabatan yang baru lagi, dengan mengungkapkan segala keinginan dalam hatiku, menjadikannya seseorang yang sangat berarti. Kami jalani persahabatan ini, sampai akhirnya kami menikah dan hidup bahagia.

Pola pikir masyarakat yang semula hanya mengikuti kaidah lama dianggap tidak jaman.

Majunya peradaban tidak hanya dipengaruhi tekhnologi tapi juga dari sisi perkembangan pola pikir masyarakat yang mendiami suatu daerah tersebut. Mula-mula para pakar selalu menggunakan kaidah lama tapi ini dianggap gak jaman lagi, dengan adanya anggapan itu terjadilah perbedaan ide dari setiap orang dan ini menyebabkan terlahirnya suatu ide baru dari hasil perbedaan tersebut yang menyebabkan terjadi peledakan sifat kreatif, dan ini sangat berpengaruh baik terhadap kemajuan jaman.

Salah satu pemarkasa kaidah ini adalah seoarang ahli fisika asal Eropa yang banyak di kenal dengan teori relativitasnya, dialah Albert Enstein yang dianggap sebagai orang yang memiliki IQ tertinggi di dunia pada 19. Beliau pernah berkata bahwa beliau bukanlah orang cerdas tapi dia orang yang penasaran. Ini dapat di simpulkan bahwa pola pikir masyarakat belum tentu semua yang memiliki ide (gagasan) baik itu bukan hanya dari oarang yang memiliki kecerdasan tinggi. Bahkan banyak para pengusaha sukses itu, rata-rata dari mereka memanfaatkan otak besar mereka dari pada otak kecil mereka dengan kata lain mereka banyak berpikir dengan imajinasi mereka bukan sekedar mengandalkan teori yang lama yang menyebabkan kemajuan jaman yang lambat. Sehingga apabila di bandingkan dengan ilmu pengetahuan, imajinasi lebih baik dari pada ilmu pengetahuan.(Albert Enstein)