BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 20 Januari 2009

Rabu, 14 Januari 2009

cerpen

Kini sudah bulan Maret, bulan ini terasa sangat menyedihakan

Jakarta I’m in Love

Jaka Septian K/X-Axel/12



Ujian akhir sekolah akan usai, ini berarti aku akan berpisah dengan sahabat-sahabatku. Sedih rasanya hatiku bila membayangkannya. Apalagi ada hal lain yang membuat hatiku semakin sedih yaitu aku akan kehilangan seorang yang mempunyai arti penting dalam hidupku dia adalah Dewi. Dia adalah sesosok sahabat atau bahkan lebih, yang selalu mendukung dan memotivasiku dalam segala keadaan, dan apapun yang ku lakukan. Bagiku dia mempunyai nilai lebih dibandingkan taman-teman perempuanku yang lain, karena Tuhan telah mengaruniainya paras yang amat menyejukkan hati bila dipandang. Selain itu ada hal-hal lain yang membuatku semakin mengaguminya yaitu keindahan dalam bertutur kata yang bisa membuat para pendengarnya terlena, keanggunan perilakunya yang membuatku selalu nyaman bila disampingnya, dan yang terakhir adalah kerendahan hatinya, ya walaupun aku tahu dia adalah gadis yang cerdas namun, ia tak pernah sekalipun menyombongkan dirinya. Ah! Betapa sempurna dia di mataku.

***

Sejak hari terakhir UAN, aku selalu berharap waktu berjalan dengan sangat lambat. Karena aku belum siap untuk berpisah dan kehilangan teman-temanku. Terutama Dewi. Namun, selambat apapun waktu berjalan Hari penentuan kelulusan pun akan datang juga.

Dan kini hari yang aku takutkan datang. Aku dan Dewi dengan berbekal hati yang was-was berangkat menuju papan pengumuman, dimana di situlah kita semua akan mengetahui hasil UAN. Dan ternyata kami berdua dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan meskipun nilainya lebih baik dariku, aku sedikit kecewa sih, namun tak apalah toh, kebahagiaannya juga kabahagiaanku. Karena kami adalah sahabat. Bukankah sahabat yang baik adalah sahabat yang mampu merasakan kebahagiaan ataupun kesedihan yang di rasakan sahabatnya. Akhirnya ku ucapkan selamat untuknya.

***

Beberapa hari kemudian aku mendapat informasi bahwa ada seleksi PSB di sekolah yang ku inginkan. Maka ku putuskan untuk segera mendaftarkan diri. Sebelum medaftarkan diri aku menelpon Dewi

”Dewi, sejauh ini kamu belum pernah cerita ke aku, mau melanjutkan kemana. Kalau aku boleh tahu memangnya kamu mau melanjtkan sekolah dimana?” Tanyaku pada Dewi

”Aku belum tahu, mungkin aku minta saran orangtuaku dulu, kemana aku akan melanjutkan sekolah, kalau kamu mau melanjutkan kemana?”

”Kalau aku mungkin di SMAN 13 Jakarta.”

”Oh, kamu mau kesana ya ! Aku hanya bisa berdo’a supaya kamu dapat meraih apa yang kamu cita-citakan."

”Amin! Terimakasih ya, kamu memang sahabat terbaikku. Karena kau selalu mendukung aku apapun yang ku lakukan. "

”Kan itu sudah tugasku sebagai sahabat yang baik, ya kan?.”

”Dewi, sudah dulu ya, aku mau pergi mencari informasi dulu.”

***

Setelah itu aku pergi ke SMAN 13 Jakarta untuk mencari informasi tentang penerimaan siswa baru. Sesampainya di sana terlihat sekumpulan siswa yang akan daftar menjadi siswa di SMA 13 Jakarta. Kebanyakan dari mereka terlihat dari luar kota. Tapi, aku tak boleh gentar seperti yang biasa temanku nasehatkan kepadaku.

Aku segera mengambil formulir pendaftaran. Namun, betapa kagetnya aku ketika mengetahui bahwa tes seleksi PSB dilakasanakan esok hari. Aku bingung setengah mati. Tapi tak apalah akan kuhadapi semua ini demi mengejar cita-citaku..


Usai mendaftar aku pulang. Namun, masih ada satu hal yang mengganjal pikiranku yaitu kemana Dewi akan melanjutkan sekolahnya. setelah sampai di rumah aku segera masuk ke kamar, ku hamparkan tubuhku ke kasur sambil berbaring kulihat foto Dewi yang kupajang di setiap sudut kamarku, Kutatap wajahnya sambil memikirkan, kemana dia akan melanjutkan sekolahnya. Tiba-tiba ada rasa takut yang begitu menghantui perasaanku. Aku sangat takut berpisah dengan sahabat terbaikku. Setelah itu aku tertidur lelap dan berdo’a supaya esok harinya aku bisa segar kembali untuk menghadapi tes.

***


Pagi yang sangat cerah telah hadir, kini aku bersiap-siap untuk pergi ke SMAN 13 Jakarta untuk menghadapi tes PSB. Aku segera pergi ditemani dengan semilirnya angin pagi yang sangat sejuk, ada perasaan gugup yang menyelimuti hatiku. Sesampainya disana, tampak dari kejauhan para calon-calon siswa yang ingin mengikuti tes PSB. Kutarik nafasku dalam-dalam sebagai cara untuk mengurangi rasa gugupku. Lalu dengan ditemani do’a yang terucap dari bibirku aku berjalan memasuki ruangan tes PSB. Aku segera mencari tempat dudukku. Setelah itu, soal tes dibagikan kepada para peserta dan waktu mengerjakan pun dimulai tapi aku merasa ada yang ganjil dari tes tersebut, ternyata sesuatu yang ganjil itu tak lain adalah hari ini tak ada orang yang memberiku semangat ketika akan menghadapi sesuatu. Mengapa Dewi hari ini tak menelpon atau bahkan hanya sekedar mengirin sms untuk memberiku semangat, kataku dalam hati. Namun, perasaan itu langsung ku tepis, karena aku yakin dimana pun Dewi berada saat ini, dia pasti selalu berdo’a untuk kesuksesanku. .


Tak lama kemudian bel tanda berakhirnya waktu mengerjakan ujian pun berdering. Kini aku hanya bisa menunggu dan menunggu hasil dari tesku.

***

Akhirnya hari yang kutunggu datang juga. Karena hari ini adalah hari pegumuman hasil tes PSB. Dengan segera aku berlari ke papan pengumuman aku mencari dan mencari namaku tapi masih belum ketemukan juga. Setelah melihat papan yang satunya terlihatlah namaku yang dinyatakan lulus. Aku merasa sangat bahagia, aku segera pulang untuk ganti baju dan pergi ke rumah Dewi untuk memberitahukan kabar gembira ini kepadanya. Aku yakin dia pasti senang mendengarnya. Sesampainya di depan rumah Dewi, rumahnya terlihat sangat sepi. Para penghuninya kemana ya ? Apa pergi atau bahkan pindah rumah ? Tapi kalau pindah rumah kenapa Dewi tak cerita padaku ? Ah ! Untuk membunuh rasa penasaranku akhirnya aku melangkah menuju rumahnya dan kuketuk pintunya. Tak lama kemudian pembantu Dewi membukakan pintunya

”Bi, Dewi ada di rumah nggak ? Koq kelihatannya sepi?”

”Maaf Den, Non Dewinya gak ada, dia bersama keluarganya pergi ke luar negeri, kayaknya ke London tuh, Den !”

”Lho, kapan Bi? koq Dewi nggak penah cerita ke aku ya?” tanyaku secara spontan.

”Wah, kalau itu bibi kurang tahu. Yang jelas waktu berangkat kemarin tuan besar terburu-buru. Tapi, non Dewi meninggalkan pesan untuk Aden, ini pesannya.”

”Terima kasih Bi, kalau gitu aku pulang dulu ya Bi,”

”Ya Den, hati-hati di jalan ya, Den!”

”Ya Bi!”

***

Setelah menerima sepucuk surat itu, aku langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku segera pergi ke kamar dan langsung membaca pesan dari Dewi.

Buat sahabat terbaikku, Farel

Rel, sebelumnya aku minta maaf karena aku belum memberi tahu bahwa aku akan hijrah ke London bersama orangtuaku karena orang tuaku mendadak mendapat tugas di sebuah perusahaan di sana. Oleh sebab itu, aku akan melanjutkan sekolahku di sana juga, tapi jangan kawatir aku akan berkunjung ke Jakarta koq setelah pekerjaan ayahku usai. Sekali lagi aku minta maaf ya tidak memberitahumu dulu.

Sahabatmu,

Dewi


Setelah membaca surat itu, kini hatiku menjadi sepi. Kini, aku hanya bisa mengenang masa-masa indah saat besamanya. Tapi meskipun aku tak tahu engkau dimana aku akan selalu merindukanmu. Selama aku masih bisa bernafas aku akan selalu menunggumu.

***

Memasuki bulan keenam aku bersekolah di SMA 13 Jakarta, Aku belum bisa beradaptasi dengan lingkungan dan teman-teman di sini. Aku masih saja merasakan kehilangan yang amat mendalam. Aku belum bisa menghilangkan bayang-bayang Dewi, sahabat terbaik atau bahkan lebih dalam hidupku. Sampai detik ini pula, aku belum bisa menemukan orang sepertinya, bahkan aku merasa tak kan ada orang yang bisa menggantikan posisi Dewi di hatiku dan di pikiranku. Namun, aku mencoba untuk tetap bertahan dalam keadaan seperti ini. Ini semua aku lakukan demi mewujudkan cita-citaku. Bukankah aku sendiri yang memilih jalan hidupku hingga seperti ini.

***

Suatu hari ada berita bahwa akan ada program tukar pelajar ke luar negeri tepatnya di London. Tanpa berfikir panjang aku langsung mendaftarkan diri. Sebenarnya tujuanku mengikuti program tersebut hanyalah supaya aku bisa bertemu dengan Dewi. Tapi apa daya, ternyata aku tidak lulus dalam tes tersebut Tak apalah mungkin Tuhan berkehendak lain padaku.

***

Hari demi hari terus berjalan tak terasa sudah tiga tahun aku sekolah di SMAN 13 Jakarta. Setelah lulus aku berencana untuk melanjutkan di perguruan tinggi di Negara Perancis karena orang tuaku mendapat kepercayaan dari atasannya untuk mengelola perusahaan di sana.

Kini tiba waktunya aku menghadapi UAN yang menentukan sekali dalam kelanjutan proses pembelajaranku. Setelah beberapa hari aku melaksanakan UAN, kini aku tinggal menunggu hasil ujianku.

Beberapa minggu aku menunggu hasil UANku, ternyata aku lulus dengan prestasi yang memuaskan. Sesuai dengan permintaan kedua orang tuaku, aku akan melanjutkan ke luar negeri. Dengan perasaan bangga, kini bersama kedua orang tuaku pergi ke Perancis. Aku tak lupa membawa foto Dewi. Oh, betapa ku merindukannya.

***

Akhirnya aku di Perancis tepatnya di kota Paris. Di sana, ayahku hanya ditugaskan sementara. Tapi, aku manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menuntut ilmu. Tapi apa daya karena tugas ayahku telah usai maka, aku bersama orang tuaku kembali ke Indonesia.

***

Setelah beberapa tahun aku tinggal di Perancis, aku jadi sedikit lupa dengan Jakarta. Setibanya di rumah yang dahulu aku tempati. Aku segera mencari perguruan tinggi di Jakarta. Aku ingin mengingat masa laluku ,tapi semuanya tak menarik dan tak ada yang berkesan. Lalu kuputuskan untuk mencari perguruan tinggi di kota. Dengan langkah pasti aku mengendarai motorku. Ku singgahi satu demi satu perguruan tinggi. Namun, aku bingung, karena di Jakarta semuanya sama menariknya. Akhirnya, kuputuskan untuk mencari perguruan tinggi yang paling dekat untuk mengirit BBM, sekarangkan BBM mahal!

Ya, aku mulai semua dari nol. Kuhela nafas panjang ketika hendak memasuki dunia baruku di STAN. Kualunkan langkah penuh keraguan, karena aku takut tak bisa menyesuaikan diri dengan tanah air, karena aku telah lama berdiam diri di negeri mode, Perancis.

Semua menatapku dengan rasa heran mungkin karena aku telah tampak seperti bule. Ku coba untuk biasa dan cuek .Ya, semua terasa lebih ringan. Kutata hatiku untuk masuk ke kelas baruku.

Terdengar gaduh, pikirku ketika di luar ruangan. Kutelan ludahku. Ketika aku berada di ambang pintu, semua mata menatapku kemudian berlalu begitu saja. Mereka tak merasa aneh ataupun terganggu dengan kehadiranku. Namun, ada seorang mahasiswa dari tadi menatapku. Aku sungguh merasa tak nyaman. Perlahan dia mendekat padaku, kutundukkan kepalaku.

“Farel?” tanyanya seperti tak yakin.

Kutatap dia perlahan.

“Ya,” jawabku pelan. Dalam hati aku bertanya-tanya siapa dia. Dan bagaimana dia mengenalku.

“Rel, ini aku, masa’ kamu lupa sih sama aku?” ujarnya kepadaku

“Maaf ya, aku memang orang yang sedikit telmi, sekali lagi sori banget ya aku memang lupa,” jawabku dengan memikirkan sejenak dalam benakku.

Beberapa saat kemudian, gadis itu berlari sambil menangis tak karuhan. Aku melihatnya dari kejauhan, kumencoba memikirkan lagi, siapa gerangan yang menghampiriku tadi. Kucoba menenangkan diri dengan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, kulemparkan tasku ke kursi, juga tubuhku ini ke kasur. Tiba-tiba, tanpa sengaja kutatap foto Dewi, aku teringat gadis yang menemuiku tadi. Besok akan kucoba untuk mencari gadis yang menyapaku tadi.

Keesokan harinya, aku cari-cari dari kelas satu ke kelas yang lain. Namun, hasilnya nihil. Akupun putus asa. Aku sangat menyesali kebodohanku kemarin. Akhirnya aku memutuskan untuk menenangkan diri di taman. Ketika aku sampai di taman yang ada di depan laboratorium, terlihat sosok gadis yang tidak asing lagi bagiku, dengan langkah pasti aku menghampirinya. Sepanjang perjalanan jantungku berdetak kencang. Entah apa yang menyebabkan jantungku berdetak kencang seperti ini. Dengan penuh hati-hati, kudekati dirinya, dan dengan kata yang terbata-bata yang meluncur spontan dari mulutku kupastikan bahwa ia adalah Dewi, sahabat lamaku yang takkan pernah hilang dari memoriku. Ternyata benar, dia adalah Dewi. Betapa senang hatiku ini. Mimpi apa aku semalam, pikirku dalam hati. Tak pernah aku merasakan kebahagiaan melebihi ini. Dan bagiku tak ada satu hal pun yang lebih membahagiakan kecuali bertemu lagi dengan Dewi. Terimakasih Tuhan, telah kau pertemukan kembali aku dengan sahabat terbaik dalam hidupku.

Akhirnya, kini persahabatanku yang dulu sempat hijrah ke London telah kembali ke Jakarta. Kami menjalin persahabatan yang baru lagi, dengan mengungkapkan segala keinginan dalam hatiku, menjadikannya seseorang yang sangat berarti. Kami jalani persahabatan ini, sampai akhirnya kami menikah dan hidup bahagia.

Pola pikir masyarakat yang semula hanya mengikuti kaidah lama dianggap tidak jaman.

Majunya peradaban tidak hanya dipengaruhi tekhnologi tapi juga dari sisi perkembangan pola pikir masyarakat yang mendiami suatu daerah tersebut. Mula-mula para pakar selalu menggunakan kaidah lama tapi ini dianggap gak jaman lagi, dengan adanya anggapan itu terjadilah perbedaan ide dari setiap orang dan ini menyebabkan terlahirnya suatu ide baru dari hasil perbedaan tersebut yang menyebabkan terjadi peledakan sifat kreatif, dan ini sangat berpengaruh baik terhadap kemajuan jaman.

Salah satu pemarkasa kaidah ini adalah seoarang ahli fisika asal Eropa yang banyak di kenal dengan teori relativitasnya, dialah Albert Enstein yang dianggap sebagai orang yang memiliki IQ tertinggi di dunia pada 19. Beliau pernah berkata bahwa beliau bukanlah orang cerdas tapi dia orang yang penasaran. Ini dapat di simpulkan bahwa pola pikir masyarakat belum tentu semua yang memiliki ide (gagasan) baik itu bukan hanya dari oarang yang memiliki kecerdasan tinggi. Bahkan banyak para pengusaha sukses itu, rata-rata dari mereka memanfaatkan otak besar mereka dari pada otak kecil mereka dengan kata lain mereka banyak berpikir dengan imajinasi mereka bukan sekedar mengandalkan teori yang lama yang menyebabkan kemajuan jaman yang lambat. Sehingga apabila di bandingkan dengan ilmu pengetahuan, imajinasi lebih baik dari pada ilmu pengetahuan.(Albert Enstein)